Selasa, 06 November 2012

GOOD CORPORATE GOVERNANCE ( GCG )

GOOD CORPORATE GOVERNANCE ( GCG )

Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru, Good Corporate Governance (GCG) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Dari berbagai hasil pengkajian yang dilakukan oleh berbagai lembaga riset independen nasional dan internasional, menunjukkan rendahnya pemahaman terhadap arti penting dan strategisnya penerapan prinsip-prinsip GCG oleh pelaku bisnis di Indonesia. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan GCG di Indonesia. 

Contoh kasus : PT Telkom

Tata Kelola Perusahaan

“Saat ini penerapan Good Corporate Governance (“GCG”) terus Kami
selaraskan dengan dinamika bisnis yang terjadi. Untuk mewujudkannya,
Telkom menerapkan GCG yang terintegrasi dengan pengelolaan kepatuhan,
manajemen risiko dan pengendalian internal. Langkah ini Kami tempuh
agar Perusahaan memiliki pengetahuan dan kapabilitas untuk mengelola
Governance, Risk and Compliance (“GRC”) yang sejalan dengan pengelolaan
kinerja bisnis dan mampu mengantarkan organisasi mencapai kelangsungan
hidup Perusahaan. Terutama penerapan manajemen risiko, meskipun
awalnya tidak mudah dan membutuhkan waktu untuk dapat menguasai
kompetensi, memperoleh keakuratan dalam mengidentifikasi risiko industri
dan organisasi, serta mampu menjadikan budaya risiko sebagai bagian dari
budaya karyawan, akhirnya berkat kesungguhan/konsistensi dan kesabaran
manajemen saat ini diperoleh hasil manajemen risiko telah mewarnai dan
berkontribusi positif dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan
dan penguatan penerapan GCG di Telkom Group”.

Analisi :

Telkom Berhasil Implementasikan GCG
GCG meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan fairness.

VIVAnews - Berdasarkan survey Good Corporate Governance (GCG) Perception Index 2008, yang dilakukan bersama The Indonesian Institute for Corporate Governance (IIGI) dan Majalah SWA, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) terpilih sebagai Perusahaan Sangat Terpercaya.

Predikat ini diperolehnya karena dinilai berhasil mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG dalam badan perusahaan. Praktek-praktek GCG di dalam Telkom merupakan mandatori dari ketentuan SOA/SEC yang meliputi keharusan integrated audit, juga audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan dan audit IT.

“Audit TI Telkom 2009 berhasil memenuhi standar zero significant deficiency,” kata Eddy Kurnia, VP Public & Marketing Communication Telkom, melalui keterangannya, 28 Desember 2009.

Menurutnya, apabila GCG baik, transparan, dan akuntabel di tiap langkah Telkom, maka artinya perusahaan dapat memperoleh keuntungan. Rata-rata shareholder Telkom merupakan long term shareholder dari segmen institusi. “Mereka percaya karena bottom line laporan kami sesuai  dengan kenyataan,” ucap Eddy.

Telkom sendiri, diakuinya sudah cukup lama menerapkan GCG. Namun, jika biasanya GCG hanya diaplikasikan di level Board of Director, sementara di Telkom, aplikasinya menjangkau sampai ke manajemen level terbawah.

“Contohnya untuk laporan keuangan, Telkom benar-benar diaudit oleh auditor independen. Dari sejumlah penghargaan yang kami peroleh, kami cukup yakin GCG di tubuh Telkom sudah on track, bahkan sekarang GCG sudah menjadi kultur,” kata Eddy.

Penyerahan penghargaan tersebut dilakukan dalam sebuah acara khusus di Jakarta pada akhir minggu lalu, yang diterima langsung oleh Prasetio, Compliance & Risk Management Director Telkom.

Adapun prinsip-prinsip umum Good Corporate Governance (GCG) meliputi unsur transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan fairness. Selain itu, telah didukung dengan faktor-faktor seperti komitmen, kerja sama, kepemimpinan, kompetensi, nilai moral, etika, visi dan misi perusahaan.

Sekedar diketahui, survey Good Corporate Governance Perception Index 2008 (CGPI 2008) melakukan penilaian terhadap 20 perusahaan yang terdiri dari emiten, BUMN, BUMD dan perusahaan swasta dari penyelenggaraan menajemen stratejik dan implementasi GCG.

Berdasarkan 12 aspek yang ditetapkan sebagai acuan penilaian, CGPI 2008 menentukan lima perusahaan yang berhasil memperoleh peringkat Sangat Terpercaya, termasuk Telkom, 13 perusahaan memperoleh peringkat Terpercaya, dan 2 perusahaan memperoleh peringkat Cukup Terpercaya.

Teori :

Corporate Governance Award 2010: TELKOM Meraih "The Best Right Shareholder"
Jakarta, 22 November 2010 - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) meraih penghargaan CGA (Corporate Governance Award) untuk kategori “The Best Right of Shareholder”. Penghargaan diberikan oleh The Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD) bekerja sama dengan Majalah Investor di Ayodya Resort, Nusa Dua, 19 November 2010. Penghargaan The Best Right Shareholders ini diserahkan langsung oleh Staf ahli Menteri Keuangan Republik Indonesia, Permana Agung kepada Direktur Compliance & Risk Management Telkom, Prasetio. Perolehan penghargaan tersebut menunjukkan TELKOM sebagai salah satu perusahaan yang sehat, besar dan bermanfaat.

“GCG (Good Corporate Governance) sendiri selama ini menjadi salah satu program utama (Core Program) TELKOM untuk mencapai tujuan,” kata Vice President Public and Marketing Communication TELKOM, Eddy Kurnia. “Implementasi CG terbukti berdampak positif bagi peningkatan kinerja perusahaan,” tambahnya. 

Keberhasilan TELKOM meraih penghargaan CG memiliki arti penting bagi perusahaan TIME (Telecommunication, Information, Media dan Edutainment) terbesar di Indonesia tersebut dalam memberikan manfaat kepada seluruh pemangku kepentingan (stake holder). Menurut Eddy Kurnia, seluruh lapisan manajemen TELKOM termasuk karyawan dan pemegang saham menerapkan prinsip GCG melalui TARIF yang merupakan kepanjangan dari Transparan, Akuntabilitas, Responsibility, Independensi, dan Fairness. 

“Diharapkan TELKOM mampu tumbuh pesat secara berkesinambungan (Sustainable Exponensial Growth) melalui konsep tersebut,” jelas Eddy Kurnia. Prinsip-prinsip GCG, menurutnya, diterapkan secara baik di setiap lini dan pada setiap tahapan bisnis, baik pada tingkat korporasi maupun pada unit bisnis strategis dan anak perusahaan. 

Manfaat penerapan GCG secara baik dan benar, menurutnya akan menjaga kualitas seluruh produk-produk TELKOM, seperti telepon, internet cepat, televisi berbayar maupun IT Services. Di samping itu juga, GCG dapat menjaga tingkat efisiensi terutama menyangkut biaya pelaksanaan proyek cost of production yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing dan kemampuan berkompetisi. 

Dalam kondisi dunia usaha saat ini, di mana persaingan sangat ketat, sangat dinamis dan berfluktuasi bahkan terjadi kekacauan (chaos) akibat pengaruh ekonomi global, maka betul-betul dibutuhkan suatu kondisi perusahaan dengan seluruh sumber daya yang prima untuk mampu menghadapi tantangan. Selain itu tentunya siap memanfaatkan peluang bisnis yang ada. 

Penerapan GCG dimulai dari model perusahaan properti yang terintegrasi, program pengembangan layanan strategis, kemitraan strategis, efisiensi pendanaan dan juga penerapan Best Practices dari Industri-industri lainnya.

Terdapat 5 instrumen yang dipakai untuk menilai perusahaan-perusahaan di antaranya hak-hak pemegang saham, perlakuan yang setara terhadap pemegang saham, peran pemangku kepentingan, pengungkapan dan transparansi serta tanggung jawab dewan direksi. 
Instrumen penilaian dikembangkan IICD menurut prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik sesuai standar internasional dari Organization of Economic Cooperation and Development (OECD). Sementara, penilaian didasarkan pada informasi yang tersedia di publik, seperti laporan tahunan, laporan keuangan, panggilan RUPS tahunan, pengumuman hasil RUPS tahunan, notulen-notulen RUPS tahunan, notulen-notulen rapat dewan, website emiten, website BEI, website Bapepam dan Lembaga Keuangan, serta informasi-informasi publik yang relevan.

Pada Triwulan III/2010 Telkom jumlah pelanggan seluler meningkat pesat sebesar 17,0% dibandingkan periode tahun lalu menjadi 93,1 juta pelanggan pada bulan September 2010. “Selama Triwulan III 2010 terjadi tambahan pelanggan sebesar 11,5 juta pelanggan,” ujarnya. 

Peningkatan yang sangat berarti justru terjadi pada layanan pita lebar (broadband). Jumlah pelanggan layanan pita lebar meningkat sebesar 155,0% menjadi 6,4 juta pelanggan sedangkan pendapatan konsolidasi Layanan Data, Internet dan IT Services meningkat 15%. 

Sampai dengan 30 September 2010, TELKOM mencatat kenaikan Pendapatan Usaha sebesar Rp 1.960 miliar atau 3,9% yang sebagian besar disumbangkan oleh kenaikan Pendapatan Data, Internet, dan Jasa Teknologi Informatika sebesar Rp2.071 miliar atau 15,0%. 

Pendapatan Telepon Seluler naik sebesar Rp 552 miliar atau 2,6%, sedangkan Pendapatan Telepon Tetap turun sebesar Rp 952 miliar atau 8,8%. Sampai dengan 30 September 2010. Sehingga jumlah total pelanggan TELKOM Group mencapai 118,2 juta pelanggan dengan rincian sebagai berikut: 1) Jumlah Telepon tetap terpasang relatif stabil, yaitu 8,3 juta pelanggan. 2) Flexi menambah 1.617 pelanggan, sehingga jumlah total pelanggan menjadi 16,8 juta pelanggan dan 3) Telkomsel mencatat peningkatan jumlah pelanggan yang signifikan pada TW-3 2010, jumlah pelanggan mencapai 93,1 juta, terdiri dari 2,1 juta pelanggan pasca bayar dan 91,0 juta pelanggan pra-bayar. Pertumbuhan sebesar 16,7% dibandingkan tahun lalu ini didukung oleh adanya inovasi produk dan layanan, positioning brand yang kuat dan peningkatan kualitas jaringan.

Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD)merupakan organisasi nirlaba yang didirikan oleh 10 sekolah bisnis yang bereputasi tinggi dan beberapa individu. IICD dengan alumninya yang lebih dari 900 direktur dan komisaris, merupakan yang terbesar di Indonesia; menempatkan diri untuk mendukung para pengambil keputusan, sebagai partner strategis dalam penerapan GCG. Program-program IICD didukung oleh Bank Dunia, Jakarta Initiative Task Force (JITF) – Departemen Keuangan RI, dan CIPE (Center for International Private Enterprise) sebagai bagian dari pengembangan implementasi Good Corporate Governance di Indonesia. 
IICD juga merupakan Tim Penilai dan Juri GCG pada Anugerah Business Review, BUMN Award, dan BUMD Award yang diselenggarakan oleh Business Review dan didukung oleh Kementerian BUMN Negara RI. IICD merupakan satu-satunya wakil dari Indonesia dan menjadi Ketua dalam organisasi IDEA.Net (Institute of Directors East Asia Network), yang merupakan organisasi kedirekturan di Asia dengan Visi mengembangkan penerapan Good Corporate Governance di Asia melalui anggota-anggotanya. 


Minggu, 14 Oktober 2012


KELOMPOK
1. Rahma mumtazah
2. Ishaq Hassan
3. Aldi yahya

Etika bisnis Pada Sarimi
Sarimi adalah merek mi instan terpopuler keempat di Indonesia, diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, diluncurkan pada tahun 1982. Di Indonesia, sebutan "Sarimi" juga umum dijadikan istilah generik yang merujuk kepada mi instan.
Mie ini murah meriah dan cocok dengan selera Indonesia, sampai tidak jarang orang membawa Sarimi ke luar negeri bila makanan di luar tidak cocok. Saat terjadi bencana alam, orang Indonesia sering sekali menyumbang mi instan seperti Sarimi, tentu saja beserta barang-barang kebutuhan lainnya.
Pada tahun 2007, Sarimi Soto Koya diluncurkan, hadir dengan rasa Jeruk Nipis dan Pedasss. Dua tahun kemudian, Sarimi Soto Koya hadir dengan rasa Gurih.
Sarimi (mie instant)

Bagi banyak orang Indonesia, mie Instant biasa disebut dengan Sarimi. padahal kalian tahu sendiri, produk mie instant di indonesia bukan hanya Sarimi. melainkan ada banyak produk lain seperti Indomie, Mie sedap, Supermie, dan lain lain. Tapi rakyat Indonesia sudah kadung meyebut sarimi sebagai brand Mie instant walaupun produk mereka sudah kalah dengan Mie Sedap yang kini menjadi produk Mie Instant terlaris di indonesia.




Keunggulan pada Sarimi
1. Aroma yang khas
2. Aroma yang menambah selera makan
3. Kelengkapan bumbu
Banyak hal ataupun cara yang dilakukan masing-masing produk makanan agar lebih banyak dikenali serta di sukai oleh berbagai kalangan masyarakat. Mulai dari undian berhadiah hingga mengadakan even-even hiburan untuk masyarakat, upaya itu merupakan persaingan bisnis khususnya di Indonesia yang diberlakukan secara sehat.
Dalam dunia bisnis, penguasaan pangsa pasar tentunya menjadi salah satu poin penting bagi para produsen. Dan keberadaan sebuah Merek, menjadi simbol serta identitas tersendiri dalam peluncurkan sebuah produk ke pasaran. Dalam ilmu marketing sendiri, keberadaan sebuah Merek menjadi bagian dari strategi promosi yang dapat  menarik minat konsumen hingga taraf loyalitas tertentu dan terus meningkat seiring terkenalnya Merek tersebut dipasaran.
Sedangkan bagi para konsumen, keberadaan Merek menjadi sebuah alat bantu dalam  mengenali dan mengetahui kualitas produk, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk membeli sebuah produk. Jadi tidaklah salah, bila banyak pelaku bisnis menjadikan merek produk sebagai ujung tombak bagi perusahaannya agar bisa memenangkan persaingan pasar.
Berikut kami informasikan mengenai lima strategi merek menurut Kotler (2000) yang bisa Anda gunakan dalam strategi bisnis Anda kedepannya.
1. Lakukan perluasan lini. Perluasan lini dapat dilakukan para pelaku usaha dengan cara  menambahkan varian baru pada produk mereka. Hal ini sengaja dilakukan untuk memperluas  target pasar yang mereka bidik dan menguatkan merek tersebut di kalangan masyarakat luas. Salah satu produk yang telah menggunakan strategi ini adalah produk  sampo Sunsilk. Mereka sengaja mengeluarkan beragam varian produk sampo sesuai dengan jenis rambut konsumennya, seperti sampo untuk rambut rontok, rambut berketombe, rambut kering, rambut berminyak, dan lain sebagainya.
2. Perluasan merek (Brand Extension). Strategi ini sering dilakukan beberapa perusahaan besar untuk menguasai pasar. Mereka memanfaatkan merek yang sudah dikenal banyak orang, untuk mengeluarkan produk baru guna menjangkau pangsa pasar yang lebih luas. Lihat saja merek lifebuoy yang dulunya dikenal masyarakat sebagai merek sabun, sekarang mulai melebarkan sayapnya dengan meluncurkan produk handwash (sabun cuci tangan), serta sampo untuk memperluas merek produknya di pasaran.
3. Gunakan strategi multi-merekSelain menambahkan varian baru pada produk Anda, salah satu strategi pemasaran lainnya yang bisa digunakan yaitu menggunakan tambahan merek untuk kategori produk yang sama. Strategi ini dilakukan para pengusaha untuk menarik minat konsumen dari berbagai kalangan. Contohnya saja seperti perusahaan Indofood yang sengaja meluncurkan merek Indomie, Supermi, serta Sarimi untuk membidik target pasar yang berbeda. Sehingga tidak heran, jika sampai saat ini Indofood berhasil menjadi market leader untuk kategori produk mie instan.
Mungkin kita semua menyadari bahwa “Mempertahankan posisi terbaik lebih sulit daripada meraihnya”.  Jika dikaitkan dengan dunia pemasaran, sering kita jumpai tingkah polah strategi merek di posisi market leader yang tidak mencerminkan posisinya sebagai market leader.  Terutama bila posisinya mulai  terganggu dan digerogoti oleh pesaingnya.  Beberapa perusahaan seperti kebakaran jenggot dan mengambil tindakan yang dapat merugikan posisinya.
Mari kita flash back ke beberapa tahun ke belakang, ketika Indomie yang merupakan market leader yang sangat kuat dan dominan, mendapat serangan dari Mie Sedaap.  Pangsa pasar mie instant Indofood yang melempar banyak merek di pasar dengan 3 merek utama yaitu Indomie, Supermi dan Sarimi, perlahan tapi pasti mulai digerogoti oleh Mie Sedaap.  Diferensiasi rasa yang diusung produk, mampu mengambil perhatian konsumen yang sudah terbiasa dengan rasa existing brand, yang diperkuat pula dengan nama Mie Sedaap dan tagline“Jelas Terasa Sedapnya”.  Beberapa tahun, Indofood terlihat kelimpungan menghadapi serangan pesaingnya. Indomie sebagai merek leader Indofood sempat ikut tertantang meladeni peperangan melawan Mie Sedaap.
Melihat hasil tracking survei Top Brand (Grafik 1), meskipun Indomie tetap menempati posisi pertama sebagai merek terpopuler, nilai indexnya sempat turun di tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, sementara Top Brand Index Mie Sedaap meningkat di tahun tersebut (Mie Sedaap diluncurkan tahun 2003), dan menempati posisi kedua mengalahkan posisi merek Supermi.  Selanjutnya strategi iklan thematic yg diusung Indomie dirasa mampu meningkatkan rasa kebanggaan konsumennya, dimana Indomie merupakan bagian dari masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Index Top Brand Indomie di tahun 2008 sampai dengan 2011 kembali naik sedangkan Mie Sedaap cenderung turun. Di tahun terakhir ini  strategi Indomie diperkuat dengan meningkatkan involvement konsumen dengan kampanye “Ini Ceritaku, Apa Ceritamu”  yang tidak hanya dikomunikasikan di media konvensional namun juga menjadi pembicaraan di media digital seperti social media.




Minggu, 30 September 2012

AKU / Etika Bisnis

Nama : Ishaq Hassan
NPM : 12209872
MK : Etika Bisnis

Perkenalkan nama saya ishaq hassan, atau sering dipanggil ishaq, saya kelahiran tahun 1990 tepatnya dibulan  juli. keinginan saya adalah menjadi orang yang berhasil dimata keluarga, teman, atau orang sekitar. cita - cita saya ingin menjadi seroang pengusaha besar seperti Aburizal Bakrie.
Bermula saya berdagang kecil - kecilan seperti menjual pulsa, menjual alat kosmetik. saya tahu untuk menjadi pengusaha sukses itu tidaklah sangat mudah. harus dengan keuletan, kegigihan, serta niat untunk mengembangkan suatu usaha.....


Beberapa Motivasi yangharus kita pahami antara lain :

  • 1. MILIKILAH WAKTU UNTUK MENGHAMBAKAN DIRIMU KEPADA ALLAH    TATKALA SENDIRIAN
  • 2. JADILAH HAMBA YANG PALING RENDAH HATI, TATKALA ANDA BERADA DI PUNCAK
  • 3. TANAMLAH AMAL DI DUNIA INI YANG AKAN ANDA PANEN DI AKHIRAT NANTI
  • 4. JANGAN BERSEDIH, WALAUPUN HANYA TINGGAL ENGKAU SENDIRIAN YANG BERJUANG
  • 5. JADILAH ORANG YANG SELALU SIAP MENOLONG ORANG YANG KESUSAHAN
  • 6. GELOMBANG UJIAN AKAN SELALU DATANG PERSIAPKAN SELALU DIRI KITA MENGHADAPINYA
  • 7. JANGAN TATAP TINGGINYA SEBUAH CITA-CITA, TAPI TATAPLAH KAKI SEMANGAT YANG SUDAH DISIAPKAN UNTUK MENCAPAINYA
  • 8. TAPAKILAH SELANGKAH DEMI SELANGKAH, JALAN UNTUK MENCAPAI CITA-CITA, JANGAN TERBURU NAFSU MENCAPAINYA SEKALIGUS
  • 9. SEBELUM ANDA MENATA SESUATU TATALAH HATIMU TERLEBIH DAHULU
  • 10. TEGAKKAN ISLAM ITU DALAM HATIMU, DIA AKAN TEGAK DI BUMIMU
  • 11. UJUNG PERJALANAN ADALAH INGIN BERTEMU ALLOH, AWAL PERJALANAN ADALAH KARENA ALLOH, DI TENGAH PERJALANAN ADALAH BERSAMA ALLOH

    untuk mecapai kesuksesan kita harus ingat kepada maha sang pemberi yaitu allah swt.

Kamis, 26 April 2012


METODE ILMIAH

Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Unsur metode ilmiah
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:

KARAKTERISTIK (pengamatan dan pengukuran)
Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)
DNA/contoh

Setiap langkah diilustrasikan dengan contoh dari penemuan struktur DNA:
DNA/karakterisasi
DNA/hipotesis
DNA/prediksi
DNA/eksperimen
Contoh tersebut dilanjutkan pada tahap "Evaluasi dan pengulangan", yaitu DNA/pengulangan.
Karakterisasi

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi.

DNA/karakterisasi

Sejarah penemuan struktur DNA merupakan contoh klasik dari empat tahap metode ilmiah: pada tahun 1950 telah diketahui bahwa pewarisan genetik memiliki deskripsi matematis, diawali oleh penelitian Gregor Mendel, namun mekanisme gen tersebut belumlah diketahui dengan jelas. Para peneliti di laboratorium William Lawrence Bragg di Universitas Cambridge membuat gambar-gambar difraksi sinar-X atas berbagai macam molekul. Berdasarkan susunan kimianya, dirasakan mungkin untuk mengkarakterisasikan struktur fisis DNA dengan gambar sinar-X. Lihat: DNA 2

Karakterisasi

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur

DNA/hipotesis

Sebagai contoh, dalam usaha untuk menentukan struktur DNA, Francis Crick dan James Watson menghipotesiskan bahwa molekul tersebut memiliki struktur heliks: dua spiral yang saling memilin. Linus Pauling yang baru akan melakukan studi serius terhadap molekul tersebut menghipotesiskan struktur heliks ganda tiga. Lihat: DNA 1|...DNA 3
Prediksi dari hipotesis

Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam laboratorium atau pengamatan suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas. Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak dapat diamati, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan datang. Sebagai contoh, teknologi atau teori baru boleh jadi memungkinkan eksperimen untuk dapat dilakukan.

DNA/prediksi

Setelah Watson dan Crick menghipotesiskan bahwa DNA merupakan heliks ganda, Francis Crick memprediksikan bahwa gambar difraksi sinar-X DNA akan menunjukkan suatu bentuk huruf X. Lihat: DNA 1 | ...DNA 4
Eksperimen

Setelah prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan eksperimen. Jika hasil eksperimen bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang sedak diuji tidaklah benar atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan atau bahkan perlu ditinggalkan. Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi, maka hipotesis tersebut boleh jadi benar namun masih mungkin salah dan perlu diuji lebih lanjut. Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan probabilitas kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi yang dibuat, berupa-rupa eksperimen dapat dilakukan. Eksperimen tersebut dapat berupa eksperimen klasik di dalam laboratorium atau ekskavasi arkeologis. Eksperimen bahkan dapat berupa mengemudikan pesawat dari New York ke Paris dalam rangka menguji hipotesis aerodinamisme yang digunakan untuk membuat pesawat tersebut. Pencatatan yang detail sangatlah penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen


Archive of Karakteristik Metode Ilmiah


KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE ILMIAH

 Kamis 28 Jul 2011 08:26 AM
Metode tugas :Mendorong serta memberi pelatihan bagi siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran (berperan serta dalam merancang kegiatan, melaksanakan kegiatan, mempertanggungjawabkan hasil kerjanya, dan kegiatan tindak lanjutnya).M ... ilmiah (meliputi uji data, pengolahan data, penafsiran, sistematika isi laporan, penggunaan bahasa baku, penguasaan notasi penulisan karya ilmiah, dan pengaturan format atau lay-out).Pembelajaran yang diatur dengan sistem tugas serta pertanggungj ... 
Kelebihan Metode tugas :Mendorong serta memberi pelatihan bagi siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran (berperan serta dalam merancang kegiatan, melaksanakan kegiatan, mempertanggungjawabkan hasil kerjanya, dan kegiatan tindak lanjutnya).Melatih kemandirian siswa (dalam kerja perorangan yang bertanggungjawab), dan melatih sswa bekerja kelompok (termasuk sosialisasi pribadinya) jika tugas-tugas tersebut perlu diselesaikan secara kelompok.Jika pertanggungan jawab dari hasil penyelesaian tugas-tugas tersebut disajikan secara lisan dimuka forum (sesama siswa atau kelompok lain) berarti berkesempatan melatih siswa untuk membahasakan pendapatnya secara lisan (termasuk melatih penguasaan teknis berbahasa lisan); jika laporan penyelesaian tugas-tugas tersebut berupa laporan tertulis, berarti dalam kesempatan itu siswa berlatih menulis karya ilmiah (meliputi uji data, pengolahan data, penafsiran, sistematika isi laporan, penggunaan bahasa baku, penguasaan notasi penulisan karya ilmiah, dan pengaturan format atau lay-out).Pembelajaran yang diatur dengan sistem tugas serta pertanggungjawabannya, memberi kemungkinan pengelolaan kelas secara variasi (perorangan, kelompok kecil, kelompok besar = klasikal); juga memberi kesempatan para siswa menyelesaikan tugasnya secara bervariasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Hal ini selaras dengan asas pembelajaran modern, dan dapat menjadi prototipe penggunaan sistem modul.jika tugastugas yang harus diselesaikan oleh siswa itu terjadi diluar gedung sekolah (di masyarakat), hal ini memberi peluang siswa untuk semakin peka terhadap masalah sosial lingkungannya, dan kegiatan tersebut semakin mendekatkan hubungan ...

MACAM – MACAM METODE ILMIAH

 Rabu 22 Jun 2011 06:59 AM
metode ilmiah seperti J.C. Almack, adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan B. Ostle dalam bukunya yang berjudul Statistic in Research berpendapat bahwa metode ilmiah pengejaran ... ilmiah seperti J.C. Almack, adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan B. Ostle dalam bukunya yang berjudul Statistic in Research berpendapat bahwa metode ilmiah pengejaran terhad ... 
Beberapa pendapat yang dikemukakan para ilmuwan mengenai metode ilmiah seperti J.C. Almack, adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan B. Ostle dalam bukunya yang berjudul Statistic in Research berpendapat bahwa metode ilmiah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu yang interelasi. Berdasarkan pada pendapat para ilmuwan di atas dapat ditangkap bahwa metode ilmiah adalah suatu proses keilmuwan untuk memperoleh kebenaran dan pengertahuan secara sistematis dengan bukti-bukti yang fisis atau nyata dan yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis yang berarti dalam meneliti, peneliti atau ilmuwan harus mematuhi criteria dan langkah-langkah tertentu yang terdapat dalam metode ilmiah. Kriteria Metode IlmiahBerdasarkan FaktaKeterangan dan data-data yang didapat selama dalam proses penelitian harus berdasarkan pada kenyataan atau fakta dan bukan berdasarkan daya khayal, legenda, mitos dan sebagainya.Bebas dari PrasangkaDalam menilai dan menganalisis suatu data harus menggunakan alasan dan bukti yang lengkap serta menggunakan pembuktian objektif dan bersih, bukan dari hasil prasangka.Menggunakan Prinsip-prinsip AnalisisIdeal dari ilmu adalah mendapatkan interelasi yang sistematis dari fakta-fakta. Metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Hal ini berarti kita harus menggunakan prinsip-prinsip analisis dengan tidak membiarkan fakta yang ada sebagaimana adanya. Tetapi kita dituntun dalam proses berpikir untuk mencari sebab-akibat dari fakta-fakta ...

4
JAN
by IDTESIS
Menurut Suriasumantri (1991) langkah-langkah dalam metode ilmiah adalah:

1.       Perumusan masalah

Merupakan pertanyaan-pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.

2.       Penyusunan kerangka berpikir

Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.

3.       Perumusan hipotesis

Merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.

4.       Pengujian hipotesis

Merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.

5.       Penarikan kesimpulan

Merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakat yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak.

Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi pernyaratan keilmuan yaitu mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.

Schluter (1926) dalam Nazir (1988) mengungkapkan bahwa terdapat 15  langkah dalam melakukan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah:

Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian
Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-masalah yang ingin dipecahkan
Membangun sebuah bibliografi
Memformulasikan dan mendefinisikan masalah
Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan
Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung
Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah
Menentukan apakah data atau bukti yang diperlukan tersedia atau tidak
Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak
Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan
Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa
Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi
Mengatur data untuk presentase dan penampilan
Menggunakan sitasi (kutipan), referensi, dan footnote (catatan kaki)
Menulis laporan penelitian
Nazir (1988) dalam buku Metode Penelitian, menyimpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan metode ilmiah, sekurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.       Merumuskan serta mendefinisikan masalah

Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan, masalah tersebut didefinisikan serta jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan.

2.       Mengadakan studi kepustakaan

Langkah kedua adalah mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindari oleh seorang peneliti.

3.       Memformulasikan hipotesa

Setelah diperoleh informasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut pautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan, maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipotesa untuk penelitian. Hipotesa tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubungan sangkut paut antarvariabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji.

4.       Menentukan model untuk menguji hipotesa

Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang, seperti ilmu ekonomi misalnya, pengujian hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan antarfenomena yang secara implisit terdapat dalam hipotesa, untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia.

Pengujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data prime ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti.

5.       Mengumpulkan data

Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesis perlu dikumpulkan.

Teknik pengumpulan data akan menjadi berbeda tergantung dari masalah yang dipilih serta metode yang digunakan. Misalnya, penelitian yang menggunakan metode percobaan, maka data diperoleh dari plot-plot percobaan yang dibuat sendiri oleh peneliti. Penelitian yang menggunakan metode sejarah ataupun survei normatif, data diperoleh dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden, baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questionair.

6.       Menyusun, menganalisa, dan memberikan interpretasi

Setelah data terkumpul, peneliti menyusun data untuk mengadakan analisa. Sebelum analisa dilakukan, data tersebut disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk tabel ataupun membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa, maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.

7.       Membuat generalisasi dan kesimpulan

Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima, ataukah hipotesa tersebut ditolak. Apakah hubungan-hubungan antarfenomena yang diperoleh akan berlaku secara umum ataukah hanya berlaku pada kondisi khususnya saja.

8.       Membuat laporan ilmiah

Langkah akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri pula.

Untuk lebih jelasnya Nazir juga mengungkapkan langkah-langkah tersebut dalam sebuah bagan, seperti berikut ini:



Gambar skema penelitian

Related Posts

Metode Penelitian Tindakan Kelas
Pendahuluan
Menguji Hipotesa
Merumuskan Hipotesa
Pendahuluan

http://idtesis.com/langkah-step-dalam-metode-ilmiah/
http://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/karakteristik-metode-ilmiah
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah#section_1


Sabtu, 31 Maret 2012



PENGERTIAN KARYA ILMIAH

Pengertian Karya Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Dr. H. Endang Danial AR., M.Pd (2001:4) mengemukakan bahwa karya ilmiah adalah berbagai macam tulisan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok dengan menggunakan tata cara ilmiah. Apa yang dimaksud dengan tata cara ilmiah? Yaitu suatu penulisan yang didasarkan pada sistem, masalah, tujuan, teori dan data yang digunakan untuk memberikan alternatif pemecahan masalah. Menurut Djuroto dan Bambang (2003:12-13) menguraikan karya tulis sebagai suatu tulisan yang membahas suatu masalah, pembahasan masalah tersebut dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data dari suatu penelitian baik penelitian lapangan, laboratorium atau studi pustaka.

karya ilmiah Pengertian Karya Ilmiah
Dalam karya ilmiah memiliki beberapa gaya penulisan antara lain gaya penulisan deskripsi, merupakan gambaran tertulis yang mana penulis berusaha menggambarkan detail benda-benda atau gelaja yang terjadi dalam bentuk kata-kata; gaya penulisan berbentuk narasi, merupakan jenis gaya penulisan yang menyajikan suatu rangkaian cerita dari suatu kejadian; gaya penulisan ekspose atau penjabaran, gaya penulisan jenis ini menjelaskan dan menafsirkan fakta dan gejala yang timbul dari suatu kejadian; dan gaya penulisan argumentasi, gaya penulisan jenis ini mengemukakan fakta pendukung dari penulis dengan menyajikan alasan-alasan.

Karya ilmiah dapat berupa tema apa saja, misalkan mengangkat tema tentang bahaya narkoba, pengelolaan sampah yang baik, pencemaran lingkungan, polusi udara yang disebabkan asap pabrik, bahaya merokok dan masih banyak tema lagi yang bisa diangkat untuk menjadi karya ilmiah.

14 04 2010
Ciri-ciri karangan ilmiah
Karangan ilmiah mempunyai beberapa ciri, antara lain:
·         Pertama, jelas. Artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
·         Kedua, logis. Artinya keterangan yang dikemukakan masuk akal.
·         Ketiga, lugas. Artinya pembicaraan langsung pada hal yang pokok.
·         Keempat, objektif. Artinya semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.
·         Kelima, seksama. Artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya.
·         Keenam, sistematis. Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan.
·         Ketujuh, tuntas. Artinya segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap-lengkapnya.
Ciri-ciri karangan non-ilmiah
Non Ilmiah (Fiksi) adalah Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik Penyajian dibarengi dengan sejarah, Bersifat imajinatif. , Situasi di dramatisir, Bersifat persuasif.
A.   Karya Ilmiah
1. Ciri Karya Ilmiah
Tidak semua karya yang ditulis secara sistematis dan berdasarkan fakta di lapangan adalah sebuah karya ilmiah sebab karya ilmiah mempunyai ciri-ciri seperti berikut ini:
a. Objektif.
Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memverifikasi) kebenaran dan keabsahannya.
b. Netral.
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
c. Sistematis.
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
d. Logis.
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
e. Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan).
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

f.  Tidak Pleonastis
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat kata-katanya atau tidak berbelit-belit (langsung tepat menuju sasaran).
g.  Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.


2. Jenis Karya Ilmiah
Pada prinsipnya semua karya ilmiah yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Dalam hal ini yang membedakan hanyalah materi, susunan , tujuan serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah tersebut,. Secara garis besar, karya ilmiah di klasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah pendidikan dan karya ilmiah penelitian.

1.     Karya Ilmiah Pendidikan
Karya ilmiah pendidikan digunakan tugas untuk meresume pelajaran, serta sebagai persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan. Karya ilmiah pendidikan terdiri dari:
a.      Paper (Karya Tulis).
Paper atau lebih populer dengan sebutan karya tulis, adalah karya ilmiah berisi ringkasan atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu ceramah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya.
Tujuan pembuatan paper ini adalah melatih mahasiswa untuk mengambil intisari dari mata kuliah atau ceramah yang diajarkan oleh dosen, penulisan paper ini agak di perdalam dengan beberapa sebab antara lain, Bab I Pendahuluan , Bab II Pemaparan Data, Bab III Pembahasan atau Analisisdan Bab IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
b. Pra Skripsi
Pra Skripsi adalah karya tulis ilmiah pendidikan yang digunakan sebagai persyaratan mendapatka gelar sarjana muda. Karya ilmiah ini disyaratkan bagi mahasiswa pada jenja0ng akademik atau setingkat diploma 3 ( D-3).
Format tulisannya terdiri dari Bab I Pendahuluan (latar belakang pemikiran, permasalahan, tujuan penelitian atau manfaat penelitian dan metode penelitian). Bab II gambaran umum (menceritakan keadaan di lokasi penelitian yang dikaitkan dengan permasalahan penelitian), Bab III deskripsi data (memaparkan data yang diperoleh dari lokasi penelitian). Bab IV analisis (pembahasan data untuk menjawab masalah penelitian). Bab V penutup (kesimpulan penelitian dan saran)
b.     Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta- fakta empiris-objektif baik berdasarkan peneliian langsung (observasi lapangan ) maupun penelitian tidak langsung (study kepustakaan)skripsi ditulis sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana S1. Pembahasan dalam skripsi harus dilakukan mengikuti alur pemikiran ilmiah yaitu logis dan emperis.
c.      Thesis
Thesis adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dari pada skripsi, thesis merupakan syarat untuk mendapatkan gelar magister (S-2).
Penulisan thesis bertujuan mensinthesikan ilmu yng diperoleh dari perguruan tinggi guna mempeluas khazanah ilmu yang telah didapatkan dari bangku kuliah master, khazanah ini terutama berupa temuan-temuan baru dari hasil suatu penelitian secara mendalam tentang suatu hal yangmenjadi tema thesis tersebut.
d.     Disertasi
Disertasi adalah suatu karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta akurat dengan analisis terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji pada sutu perguruan tinggi, desertasi berisi tentang hasil penemuan-penemuan penulis dengan menggunakan penelitian yang lebih mendalam terhadap suatu hal yang dijadikan tema dari desertasi tersebut, penemuan tersebut bersifat orisinil dari penulis sendiri, penulis desertasi berhak menyandang gelar Doktor.

·         Karya Tulis Non-ilmiah
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
·         Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah :
·         ditulis berdasarkan fakta pribadi,
·         fakta yang disimpulkan subyektif,
·         gaya bahasa konotatif dan populer,
·         tidak memuat hipotesis,
·         penyajian dibarengi dengan sejarah,
·         bersifat imajinatif,
·         situasi didramatisir,
·         bersifat persuasif.
·         tanpa dukungan bukti
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman.

·         Perbedaan Karya Ilmiah dengan Non-ilmiah
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel,  feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.

Karya nonilmiah bersifat
1.     Emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi,
2.     persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative,
3.     deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan
4.     jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

2. Sikap ilmiah
Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan”.
Beberapa sikap ilmiah menurut Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34), antara lain :
1.    Sikap ingin tahu
1.    Apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia berusaha mengetahuinya.
2.    Senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa.
3.    Kebiasaan menggunakan alat indera  sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah.
4.    Memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksperimen.

       Sikap kritis
0.    Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat.
1.    Kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan.
2.    Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain.
3.    Bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

       Sikap obyektif
0.    Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu.
1.    Menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
   
     Sikap ingin menemukan
0.    Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru.
1.    Kebiasaan menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik dan konstruktif.
2.    Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.

       Sikap menghargai karya orang lain
0.    Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya.
1.    Menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
     
   Sikap tekun
0.    Tidak bosan mengadakan penyelidikan.
1.    Bersedia mengulangi eksperimen yang hasilnya meragukan.
2.    Tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai.
3.    Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
   
     Sikap terbuka
0.    Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.
1.    Bersedia menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.