Kamis, 26 April 2012


METODE ILMIAH

Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Unsur metode ilmiah
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:

KARAKTERISTIK (pengamatan dan pengukuran)
Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)
Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)
DNA/contoh

Setiap langkah diilustrasikan dengan contoh dari penemuan struktur DNA:
DNA/karakterisasi
DNA/hipotesis
DNA/prediksi
DNA/eksperimen
Contoh tersebut dilanjutkan pada tahap "Evaluasi dan pengulangan", yaitu DNA/pengulangan.
Karakterisasi

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi.

DNA/karakterisasi

Sejarah penemuan struktur DNA merupakan contoh klasik dari empat tahap metode ilmiah: pada tahun 1950 telah diketahui bahwa pewarisan genetik memiliki deskripsi matematis, diawali oleh penelitian Gregor Mendel, namun mekanisme gen tersebut belumlah diketahui dengan jelas. Para peneliti di laboratorium William Lawrence Bragg di Universitas Cambridge membuat gambar-gambar difraksi sinar-X atas berbagai macam molekul. Berdasarkan susunan kimianya, dirasakan mungkin untuk mengkarakterisasikan struktur fisis DNA dengan gambar sinar-X. Lihat: DNA 2

Karakterisasi

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur

DNA/hipotesis

Sebagai contoh, dalam usaha untuk menentukan struktur DNA, Francis Crick dan James Watson menghipotesiskan bahwa molekul tersebut memiliki struktur heliks: dua spiral yang saling memilin. Linus Pauling yang baru akan melakukan studi serius terhadap molekul tersebut menghipotesiskan struktur heliks ganda tiga. Lihat: DNA 1|...DNA 3
Prediksi dari hipotesis

Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam laboratorium atau pengamatan suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas. Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak dapat diamati, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan datang. Sebagai contoh, teknologi atau teori baru boleh jadi memungkinkan eksperimen untuk dapat dilakukan.

DNA/prediksi

Setelah Watson dan Crick menghipotesiskan bahwa DNA merupakan heliks ganda, Francis Crick memprediksikan bahwa gambar difraksi sinar-X DNA akan menunjukkan suatu bentuk huruf X. Lihat: DNA 1 | ...DNA 4
Eksperimen

Setelah prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan eksperimen. Jika hasil eksperimen bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang sedak diuji tidaklah benar atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan atau bahkan perlu ditinggalkan. Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi, maka hipotesis tersebut boleh jadi benar namun masih mungkin salah dan perlu diuji lebih lanjut. Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan probabilitas kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi yang dibuat, berupa-rupa eksperimen dapat dilakukan. Eksperimen tersebut dapat berupa eksperimen klasik di dalam laboratorium atau ekskavasi arkeologis. Eksperimen bahkan dapat berupa mengemudikan pesawat dari New York ke Paris dalam rangka menguji hipotesis aerodinamisme yang digunakan untuk membuat pesawat tersebut. Pencatatan yang detail sangatlah penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen


Archive of Karakteristik Metode Ilmiah


KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE ILMIAH

 Kamis 28 Jul 2011 08:26 AM
Metode tugas :Mendorong serta memberi pelatihan bagi siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran (berperan serta dalam merancang kegiatan, melaksanakan kegiatan, mempertanggungjawabkan hasil kerjanya, dan kegiatan tindak lanjutnya).M ... ilmiah (meliputi uji data, pengolahan data, penafsiran, sistematika isi laporan, penggunaan bahasa baku, penguasaan notasi penulisan karya ilmiah, dan pengaturan format atau lay-out).Pembelajaran yang diatur dengan sistem tugas serta pertanggungj ... 
Kelebihan Metode tugas :Mendorong serta memberi pelatihan bagi siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran (berperan serta dalam merancang kegiatan, melaksanakan kegiatan, mempertanggungjawabkan hasil kerjanya, dan kegiatan tindak lanjutnya).Melatih kemandirian siswa (dalam kerja perorangan yang bertanggungjawab), dan melatih sswa bekerja kelompok (termasuk sosialisasi pribadinya) jika tugas-tugas tersebut perlu diselesaikan secara kelompok.Jika pertanggungan jawab dari hasil penyelesaian tugas-tugas tersebut disajikan secara lisan dimuka forum (sesama siswa atau kelompok lain) berarti berkesempatan melatih siswa untuk membahasakan pendapatnya secara lisan (termasuk melatih penguasaan teknis berbahasa lisan); jika laporan penyelesaian tugas-tugas tersebut berupa laporan tertulis, berarti dalam kesempatan itu siswa berlatih menulis karya ilmiah (meliputi uji data, pengolahan data, penafsiran, sistematika isi laporan, penggunaan bahasa baku, penguasaan notasi penulisan karya ilmiah, dan pengaturan format atau lay-out).Pembelajaran yang diatur dengan sistem tugas serta pertanggungjawabannya, memberi kemungkinan pengelolaan kelas secara variasi (perorangan, kelompok kecil, kelompok besar = klasikal); juga memberi kesempatan para siswa menyelesaikan tugasnya secara bervariasi sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Hal ini selaras dengan asas pembelajaran modern, dan dapat menjadi prototipe penggunaan sistem modul.jika tugastugas yang harus diselesaikan oleh siswa itu terjadi diluar gedung sekolah (di masyarakat), hal ini memberi peluang siswa untuk semakin peka terhadap masalah sosial lingkungannya, dan kegiatan tersebut semakin mendekatkan hubungan ...

MACAM – MACAM METODE ILMIAH

 Rabu 22 Jun 2011 06:59 AM
metode ilmiah seperti J.C. Almack, adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan B. Ostle dalam bukunya yang berjudul Statistic in Research berpendapat bahwa metode ilmiah pengejaran ... ilmiah seperti J.C. Almack, adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan B. Ostle dalam bukunya yang berjudul Statistic in Research berpendapat bahwa metode ilmiah pengejaran terhad ... 
Beberapa pendapat yang dikemukakan para ilmuwan mengenai metode ilmiah seperti J.C. Almack, adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan B. Ostle dalam bukunya yang berjudul Statistic in Research berpendapat bahwa metode ilmiah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu yang interelasi. Berdasarkan pada pendapat para ilmuwan di atas dapat ditangkap bahwa metode ilmiah adalah suatu proses keilmuwan untuk memperoleh kebenaran dan pengertahuan secara sistematis dengan bukti-bukti yang fisis atau nyata dan yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis yang berarti dalam meneliti, peneliti atau ilmuwan harus mematuhi criteria dan langkah-langkah tertentu yang terdapat dalam metode ilmiah. Kriteria Metode IlmiahBerdasarkan FaktaKeterangan dan data-data yang didapat selama dalam proses penelitian harus berdasarkan pada kenyataan atau fakta dan bukan berdasarkan daya khayal, legenda, mitos dan sebagainya.Bebas dari PrasangkaDalam menilai dan menganalisis suatu data harus menggunakan alasan dan bukti yang lengkap serta menggunakan pembuktian objektif dan bersih, bukan dari hasil prasangka.Menggunakan Prinsip-prinsip AnalisisIdeal dari ilmu adalah mendapatkan interelasi yang sistematis dari fakta-fakta. Metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Hal ini berarti kita harus menggunakan prinsip-prinsip analisis dengan tidak membiarkan fakta yang ada sebagaimana adanya. Tetapi kita dituntun dalam proses berpikir untuk mencari sebab-akibat dari fakta-fakta ...

4
JAN
by IDTESIS
Menurut Suriasumantri (1991) langkah-langkah dalam metode ilmiah adalah:

1.       Perumusan masalah

Merupakan pertanyaan-pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.

2.       Penyusunan kerangka berpikir

Merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.

3.       Perumusan hipotesis

Merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.

4.       Pengujian hipotesis

Merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.

5.       Penarikan kesimpulan

Merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakat yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak.

Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi pernyaratan keilmuan yaitu mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.

Schluter (1926) dalam Nazir (1988) mengungkapkan bahwa terdapat 15  langkah dalam melakukan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah:

Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian
Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-masalah yang ingin dipecahkan
Membangun sebuah bibliografi
Memformulasikan dan mendefinisikan masalah
Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan
Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung
Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah
Menentukan apakah data atau bukti yang diperlukan tersedia atau tidak
Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak
Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan
Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa
Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi
Mengatur data untuk presentase dan penampilan
Menggunakan sitasi (kutipan), referensi, dan footnote (catatan kaki)
Menulis laporan penelitian
Nazir (1988) dalam buku Metode Penelitian, menyimpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan metode ilmiah, sekurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.       Merumuskan serta mendefinisikan masalah

Langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan, masalah tersebut didefinisikan serta jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan.

2.       Mengadakan studi kepustakaan

Langkah kedua adalah mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindari oleh seorang peneliti.

3.       Memformulasikan hipotesa

Setelah diperoleh informasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut pautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan, maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipotesa untuk penelitian. Hipotesa tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubungan sangkut paut antarvariabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji.

4.       Menentukan model untuk menguji hipotesa

Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang, seperti ilmu ekonomi misalnya, pengujian hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan antarfenomena yang secara implisit terdapat dalam hipotesa, untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia.

Pengujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data prime ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti.

5.       Mengumpulkan data

Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesis perlu dikumpulkan.

Teknik pengumpulan data akan menjadi berbeda tergantung dari masalah yang dipilih serta metode yang digunakan. Misalnya, penelitian yang menggunakan metode percobaan, maka data diperoleh dari plot-plot percobaan yang dibuat sendiri oleh peneliti. Penelitian yang menggunakan metode sejarah ataupun survei normatif, data diperoleh dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden, baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questionair.

6.       Menyusun, menganalisa, dan memberikan interpretasi

Setelah data terkumpul, peneliti menyusun data untuk mengadakan analisa. Sebelum analisa dilakukan, data tersebut disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk tabel ataupun membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa, maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.

7.       Membuat generalisasi dan kesimpulan

Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima, ataukah hipotesa tersebut ditolak. Apakah hubungan-hubungan antarfenomena yang diperoleh akan berlaku secara umum ataukah hanya berlaku pada kondisi khususnya saja.

8.       Membuat laporan ilmiah

Langkah akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri pula.

Untuk lebih jelasnya Nazir juga mengungkapkan langkah-langkah tersebut dalam sebuah bagan, seperti berikut ini:



Gambar skema penelitian

Related Posts

Metode Penelitian Tindakan Kelas
Pendahuluan
Menguji Hipotesa
Merumuskan Hipotesa
Pendahuluan

http://idtesis.com/langkah-step-dalam-metode-ilmiah/
http://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/karakteristik-metode-ilmiah
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah#section_1