Minggu, 14 Oktober 2012


KELOMPOK
1. Rahma mumtazah
2. Ishaq Hassan
3. Aldi yahya

Etika bisnis Pada Sarimi
Sarimi adalah merek mi instan terpopuler keempat di Indonesia, diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, diluncurkan pada tahun 1982. Di Indonesia, sebutan "Sarimi" juga umum dijadikan istilah generik yang merujuk kepada mi instan.
Mie ini murah meriah dan cocok dengan selera Indonesia, sampai tidak jarang orang membawa Sarimi ke luar negeri bila makanan di luar tidak cocok. Saat terjadi bencana alam, orang Indonesia sering sekali menyumbang mi instan seperti Sarimi, tentu saja beserta barang-barang kebutuhan lainnya.
Pada tahun 2007, Sarimi Soto Koya diluncurkan, hadir dengan rasa Jeruk Nipis dan Pedasss. Dua tahun kemudian, Sarimi Soto Koya hadir dengan rasa Gurih.
Sarimi (mie instant)

Bagi banyak orang Indonesia, mie Instant biasa disebut dengan Sarimi. padahal kalian tahu sendiri, produk mie instant di indonesia bukan hanya Sarimi. melainkan ada banyak produk lain seperti Indomie, Mie sedap, Supermie, dan lain lain. Tapi rakyat Indonesia sudah kadung meyebut sarimi sebagai brand Mie instant walaupun produk mereka sudah kalah dengan Mie Sedap yang kini menjadi produk Mie Instant terlaris di indonesia.




Keunggulan pada Sarimi
1. Aroma yang khas
2. Aroma yang menambah selera makan
3. Kelengkapan bumbu
Banyak hal ataupun cara yang dilakukan masing-masing produk makanan agar lebih banyak dikenali serta di sukai oleh berbagai kalangan masyarakat. Mulai dari undian berhadiah hingga mengadakan even-even hiburan untuk masyarakat, upaya itu merupakan persaingan bisnis khususnya di Indonesia yang diberlakukan secara sehat.
Dalam dunia bisnis, penguasaan pangsa pasar tentunya menjadi salah satu poin penting bagi para produsen. Dan keberadaan sebuah Merek, menjadi simbol serta identitas tersendiri dalam peluncurkan sebuah produk ke pasaran. Dalam ilmu marketing sendiri, keberadaan sebuah Merek menjadi bagian dari strategi promosi yang dapat  menarik minat konsumen hingga taraf loyalitas tertentu dan terus meningkat seiring terkenalnya Merek tersebut dipasaran.
Sedangkan bagi para konsumen, keberadaan Merek menjadi sebuah alat bantu dalam  mengenali dan mengetahui kualitas produk, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk membeli sebuah produk. Jadi tidaklah salah, bila banyak pelaku bisnis menjadikan merek produk sebagai ujung tombak bagi perusahaannya agar bisa memenangkan persaingan pasar.
Berikut kami informasikan mengenai lima strategi merek menurut Kotler (2000) yang bisa Anda gunakan dalam strategi bisnis Anda kedepannya.
1. Lakukan perluasan lini. Perluasan lini dapat dilakukan para pelaku usaha dengan cara  menambahkan varian baru pada produk mereka. Hal ini sengaja dilakukan untuk memperluas  target pasar yang mereka bidik dan menguatkan merek tersebut di kalangan masyarakat luas. Salah satu produk yang telah menggunakan strategi ini adalah produk  sampo Sunsilk. Mereka sengaja mengeluarkan beragam varian produk sampo sesuai dengan jenis rambut konsumennya, seperti sampo untuk rambut rontok, rambut berketombe, rambut kering, rambut berminyak, dan lain sebagainya.
2. Perluasan merek (Brand Extension). Strategi ini sering dilakukan beberapa perusahaan besar untuk menguasai pasar. Mereka memanfaatkan merek yang sudah dikenal banyak orang, untuk mengeluarkan produk baru guna menjangkau pangsa pasar yang lebih luas. Lihat saja merek lifebuoy yang dulunya dikenal masyarakat sebagai merek sabun, sekarang mulai melebarkan sayapnya dengan meluncurkan produk handwash (sabun cuci tangan), serta sampo untuk memperluas merek produknya di pasaran.
3. Gunakan strategi multi-merekSelain menambahkan varian baru pada produk Anda, salah satu strategi pemasaran lainnya yang bisa digunakan yaitu menggunakan tambahan merek untuk kategori produk yang sama. Strategi ini dilakukan para pengusaha untuk menarik minat konsumen dari berbagai kalangan. Contohnya saja seperti perusahaan Indofood yang sengaja meluncurkan merek Indomie, Supermi, serta Sarimi untuk membidik target pasar yang berbeda. Sehingga tidak heran, jika sampai saat ini Indofood berhasil menjadi market leader untuk kategori produk mie instan.
Mungkin kita semua menyadari bahwa “Mempertahankan posisi terbaik lebih sulit daripada meraihnya”.  Jika dikaitkan dengan dunia pemasaran, sering kita jumpai tingkah polah strategi merek di posisi market leader yang tidak mencerminkan posisinya sebagai market leader.  Terutama bila posisinya mulai  terganggu dan digerogoti oleh pesaingnya.  Beberapa perusahaan seperti kebakaran jenggot dan mengambil tindakan yang dapat merugikan posisinya.
Mari kita flash back ke beberapa tahun ke belakang, ketika Indomie yang merupakan market leader yang sangat kuat dan dominan, mendapat serangan dari Mie Sedaap.  Pangsa pasar mie instant Indofood yang melempar banyak merek di pasar dengan 3 merek utama yaitu Indomie, Supermi dan Sarimi, perlahan tapi pasti mulai digerogoti oleh Mie Sedaap.  Diferensiasi rasa yang diusung produk, mampu mengambil perhatian konsumen yang sudah terbiasa dengan rasa existing brand, yang diperkuat pula dengan nama Mie Sedaap dan tagline“Jelas Terasa Sedapnya”.  Beberapa tahun, Indofood terlihat kelimpungan menghadapi serangan pesaingnya. Indomie sebagai merek leader Indofood sempat ikut tertantang meladeni peperangan melawan Mie Sedaap.
Melihat hasil tracking survei Top Brand (Grafik 1), meskipun Indomie tetap menempati posisi pertama sebagai merek terpopuler, nilai indexnya sempat turun di tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, sementara Top Brand Index Mie Sedaap meningkat di tahun tersebut (Mie Sedaap diluncurkan tahun 2003), dan menempati posisi kedua mengalahkan posisi merek Supermi.  Selanjutnya strategi iklan thematic yg diusung Indomie dirasa mampu meningkatkan rasa kebanggaan konsumennya, dimana Indomie merupakan bagian dari masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Index Top Brand Indomie di tahun 2008 sampai dengan 2011 kembali naik sedangkan Mie Sedaap cenderung turun. Di tahun terakhir ini  strategi Indomie diperkuat dengan meningkatkan involvement konsumen dengan kampanye “Ini Ceritaku, Apa Ceritamu”  yang tidak hanya dikomunikasikan di media konvensional namun juga menjadi pembicaraan di media digital seperti social media.